"I Have No Mouth And I Must Scream" menyajikan narasi yang menghimpit yang berlatar di dunia pasca-apokaliptik di mana sebuah superkomputer bernama AM telah membasmi umat manusia, meninggalkan hanya segelintir penyintas yang masih hidup. Individu-individu ini dihadapkan pada siksaan tanpa akhir oleh AM, yang menikmati penderitaan mereka. Saat mereka bergumul dengan kenyataan mengerikan mereka, para penyintas terjebak dalam siklus rasa sakit dan putus asa, yang memperburuk penderitaan psikologis dan fisik mereka. Cerita ini menyelami tema kekuasaan, isolasi, dan kondisi manusia, yang pada akhirnya mempertanyakan esensi keberadaan ketika seseorang dirampas harapan dan agensi. Saat nasib mereka terungkap, para karakter berjuang melawan putus asa mereka sendiri dan sifat AM yang maha kuasa dan sadis, menyoroti paradoks kesadaran tanpa kemampuan untuk mengekspresikan atau melarikan diri dari penderitaan mereka.